Salahkan saya, karena sok kepedeannya meng-add pertemanan dengan seorang penulis kondang sekaligus editor sebuah penerbit buku dalam sebuah jejaring sosial bernama Multiply *yang kini sudah RIP*.
Saya senang dengan gaya tulisannya, makanya saya add multiply beliau dalam kontak pertemanan. Yang punya account multiply pasti tahu, ketika kita berkunjung di MP sesorang, serta membaca tulisannya...maka account MP kita akan meninggalkan bekas jejak di daftar riwayat reader.
Sampai pada suatu ketika, saya mendapatkan kunjungan balasan dari penulis idola saya tersebut..selang beberapa hari si idola saya tea, memposting sebuah tulisan yang ditujukan untuk saya...*eciyeee,geer dong...nggak banget, makanya simak dulu lanjutan ceritanya*..
Tulisan si ibu ini, justru menohok banget buat saya, ibarat bocah baru belajar naik sepeda, jatuh terus diomelin ibunya...itu perasaan saya saat itu..."saya kan masih belajar kakak, belum mahir, dulu waktu kuliahpun bahasa indonesia adalah matkul yang terberat buat saya".
Tulisan si ibu ini, justru menohok banget buat saya, ibarat bocah baru belajar naik sepeda, jatuh terus diomelin ibunya...itu perasaan saya saat itu..."saya kan masih belajar kakak, belum mahir, dulu waktu kuliahpun bahasa indonesia adalah matkul yang terberat buat saya".
Dikritik artinya kan sayang dengan kita ya?? Yo'i banget saya setuju100%...tapi ada sebuah pernyataan beliau yang saya kurang sepakat..Beliau membawa-bawa profesi saya, yang ditakdirkan mendadak jadi dosen ini, sebagai bahan kritikan pedas olehnya. Jadi menurut dia, seorang dosen harus pintar menulis, harus tahu kapan kalimat dikasih tanda koma, kapan ada titik, mana kalimat yang harus dipenggal, mana yang tidak, kapan huruf kapital dipergunakan, lalu membuat kalimat efektif yang tidak boleh diulang and so on lah...please, help me mbak, dosen bahasa indonesia saya memang tidak berhasil membuat saya mahir mengunakan EYD selama satu semester, entah kenapa..apa karena saya yang tidak pernah practise menulis *dulu kan belum ada blog, dsbnya* atau memang syndrom kemalasan meremehkan matkul ini.
Open minded, yess..
Menurut saya kritikan adalah sesuatu hal yang dapat membangun dan meningkatkan kualitas diri kita menjadi lebih baik lagi, bukan begitu bukan?? tapi kalo harus dikritik di depan publik,no..no...
Saya seorang guru, kadang suka kesel bin mangkel kalau melihat murid, sudah capek dijelaskan bolak-balik membuat laporan keuangan, tetep nggak bisa...kalau sudah begitu, kadang emosi suka terpancing. Alhamdulillah punya suami seprofesi jadi suka diingetkan oleh beliau, jikalau menemukan kendala seperti diatas, stock sabar harus disediakan selebar-lebarnya. Sangatlah wajar jika satu kali, seseorang mengerjakan soal baru dan baru pertama kali dilihat dan dipelajari, lalu susah mereka pahami, namanya belajar ya bok, perlu banyak latihan *practice makes perfect*. Jam terbang saya menuliskan belum sebanyak kamu, jadi wajar dong kalau tulisan saya bikin pening kepala kamyu..
Disini saya mau menceritakan efek luarbiasa yang saya dapatkan pacsa kritikan tersebut, saya sempat mandeg menulis, merasa diri bodoh, dan sebagainya yang membuat kepercayaan diri saya hilang *tsahh*..
Bagaimanapun guru adalah pekerjaan yg high risk berisiko tinggi (diambil dari status fb seorang guru,lupa namanya)
* Dorongannya dapat memberhasilkan seseorang
* Hinaannya dapat memutus-asakan seseorang
* Hinaannya dapat memutus-asakan seseorang
Penulis kondang adalah guru bagi penulis dadakan seperti saya yang baru belajar.
Orangtua adalah guru bagi anak-anak.
Semua yang lebih mahir adalah guru bagi sang pembelajar...
Jadi mengkritik itu punya metode agar seseorang tidak merasa terpojok atau tersudut dan yang tak boleh ditinggal, tetap harus beretika, ingat itu ingat,...
Semua yang lebih mahir adalah guru bagi sang pembelajar...
Jadi mengkritik itu punya metode agar seseorang tidak merasa terpojok atau tersudut dan yang tak boleh ditinggal, tetap harus beretika, ingat itu ingat,...
Hingga akhirnya saya rindu menulis (kepribadian saya yang pendiam, memang lebih menyukai menulis untuk mengeluarkan isi hati).
Tapi rasa ketakutan itu masih ada, takut tiba-tiba ada yang memojokan tulisan seorang guru yang ancur-ancuran karena tidak bisa mengunakan bahasa indonesia yang benar. *ahh, saya memang harus buka-buka kembali, buku cara cerdas berbahasa indonesia, jaman saya kuliah dulu*. Sampai akhirnya saya membuat blog kedua pasca Multiply almarhum. Nama serta profesi tak saya cantumkan..tapi kadang suka mendadak ketahuan sih profesi saya dari tulisan yang ada *ohh, dia bu guru,wkwkw*..
Blog ini saya sembunyikan, tak pernah saya publikasikan ke masyarakat luas kalau bu guru punya blog dan lebih senang jadi silent reader jika sedang blogwalking...........Itu semua saya laukan, karena saya takut dipojokan kembali yang akan mengakibatkan gairah menulis saya mendadak hilang. *ahh, saya memang bukan wonder woman yang punya hati besi, terlalu cemen menerima kritikan*.
Tapi rasa ketakutan itu masih ada, takut tiba-tiba ada yang memojokan tulisan seorang guru yang ancur-ancuran karena tidak bisa mengunakan bahasa indonesia yang benar. *ahh, saya memang harus buka-buka kembali, buku cara cerdas berbahasa indonesia, jaman saya kuliah dulu*. Sampai akhirnya saya membuat blog kedua pasca Multiply almarhum. Nama serta profesi tak saya cantumkan..tapi kadang suka mendadak ketahuan sih profesi saya dari tulisan yang ada *ohh, dia bu guru,wkwkw*..
Blog ini saya sembunyikan, tak pernah saya publikasikan ke masyarakat luas kalau bu guru punya blog dan lebih senang jadi silent reader jika sedang blogwalking...........Itu semua saya laukan, karena saya takut dipojokan kembali yang akan mengakibatkan gairah menulis saya mendadak hilang. *ahh, saya memang bukan wonder woman yang punya hati besi, terlalu cemen menerima kritikan*.
0 komentar:
Post a Comment