Saya bukan seorang ekonom sekaliber Sri Mulyani, yang pandai menganalisa situasi moneter terkini, dan juga tak pintar mencerna teori-teori si adams smith, dkk.
Saya hanya seorang ibu rumah tangga, dimana salah satu job disknya, mengharuskan saya untuk membuat kebijakan anggaran keuangan rumah tangga, walaupun dulu jaman kuliahan, saya pernah belajar ekonomi makro dan mikro tetapi otak saya sulit sekali mencerna maksud dari teori-teori para pakar ekonom tersebut, apalagi kalau sudah bermain di kurva-kurva, beuhhh pingin muntah-muntah rasanya.
Sebenarnya saya mau bercerita tentang efek dari kenaikan BBM, yang katanya menurut para sebagian ekonom, kenaikan BBM adalah "seuatu hal yang wajar dan memang harus dinaikan" Its sounds sandis loh..menurut saya.
Tiga semester saya dapat matakuliah ekonomi (mikro,makro dan ekonomi pembangunan)..dari ketiga ilmu tersebut, materi yang paling saya ingat cuma satu "ekonomi kapitalis sama dengan lingkaran setan yang tak berujung pangkal-yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin"..just only kata-kata yang masih teringat, ilmu lainnya sudah menguap entah kemana.
Dibandingkan dengan negara lain harga BBM kita jauhh lebih murah loh..*cek google sendirilah,kalau mau tahu perbandingannya* mungkin karena itu ya, sehingga mereka harus menaikan BBM di Indonesia...etapi kan kita masih menjadi negara penghasil minyak bumi, betul tidak sih? *beneran ga tahu* terus kalau memang iya masih penghasil minyak bumi, wajar aja kan ya, kalau harga BBM kita lebih murah dibandingkan mereka, walaupun proses memang masih belum bisa dilakukan di negara sendiri, minimalkan bahan baku minyak buminya dari kita ya *pertanyaaan seorang ibu-ibu,,harap maklum kalau terlihat bodoh*
Terus sangat wajar juga lah memang, buat negara-negara yang disebutkan harga BBMnya mahal tersebut, secara dari infrastruktur dan fasilitas transpotasi sudah siap dan canggih-canggih..mereka punya monorel, tata kotanya rapih antara tempat tinggal dan perkantoran, negara yang tak seluas samudra seperti di Indonesia..jadi menurut saya sih, hidup meraka tidak tergantungan banget dengan BBM...
Lah kita, Indonesia gitu loh mau ikut-ikutan menaikan harga BBM sekelas mereka, mana bisa pak mentri..Tata kota kita tuh, semerawut-wut-wutan, pilih hemat dengan jalan kaki yang ada malah ketabrak angkot, karena trotoarnya dijadiin lapak dagangan buat para pedagang kaki lima, naik monorel *ada monorel gak sih disini*, terus nasib pedagang sayur-mayur yang ada di pedesaan sana yang nun jauhh dari kota, biar harga sayurnya nggak ikut-ikutan naik, harus gitu koprol-koprol dari gunung ke kota sampai gempor jalan kaki saja untuk mencapai perkotaan...*hadehh tepok jidat*...
Pak Presiden dan Pak Mentri, jikalau saja setiap harinya kalian mendelusur-delusur pasar, pastinya kalian tergaket-kaget melihat harga-harga sudah naik duluan, sebelum kebijakanmu turun. Ditambah kaget lagi kalau saja dirimu tak diberi fasilitas mobil mewah plus sopir, dan mengharuskan naik angkot tiap hari ketempat kerjamu, saya yakin kalian akan lebih menjadi empati.
Saya yang tak pintar menganalisa moneter atau pak mentrinya tak empati dengan rakyat?
Saya hanya seorang ibu rumah tangga, dimana salah satu job disknya, mengharuskan saya untuk membuat kebijakan anggaran keuangan rumah tangga, walaupun dulu jaman kuliahan, saya pernah belajar ekonomi makro dan mikro tetapi otak saya sulit sekali mencerna maksud dari teori-teori para pakar ekonom tersebut, apalagi kalau sudah bermain di kurva-kurva, beuhhh pingin muntah-muntah rasanya.
Sebenarnya saya mau bercerita tentang efek dari kenaikan BBM, yang katanya menurut para sebagian ekonom, kenaikan BBM adalah "seuatu hal yang wajar dan memang harus dinaikan" Its sounds sandis loh..menurut saya.
Tiga semester saya dapat matakuliah ekonomi (mikro,makro dan ekonomi pembangunan)..dari ketiga ilmu tersebut, materi yang paling saya ingat cuma satu "ekonomi kapitalis sama dengan lingkaran setan yang tak berujung pangkal-yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin"..just only kata-kata yang masih teringat, ilmu lainnya sudah menguap entah kemana.
Dibandingkan dengan negara lain harga BBM kita jauhh lebih murah loh..*cek google sendirilah,kalau mau tahu perbandingannya* mungkin karena itu ya, sehingga mereka harus menaikan BBM di Indonesia...etapi kan kita masih menjadi negara penghasil minyak bumi, betul tidak sih? *beneran ga tahu* terus kalau memang iya masih penghasil minyak bumi, wajar aja kan ya, kalau harga BBM kita lebih murah dibandingkan mereka, walaupun proses memang masih belum bisa dilakukan di negara sendiri, minimalkan bahan baku minyak buminya dari kita ya *pertanyaaan seorang ibu-ibu,,harap maklum kalau terlihat bodoh*
Terus sangat wajar juga lah memang, buat negara-negara yang disebutkan harga BBMnya mahal tersebut, secara dari infrastruktur dan fasilitas transpotasi sudah siap dan canggih-canggih..mereka punya monorel, tata kotanya rapih antara tempat tinggal dan perkantoran, negara yang tak seluas samudra seperti di Indonesia..jadi menurut saya sih, hidup meraka tidak tergantungan banget dengan BBM...
Lah kita, Indonesia gitu loh mau ikut-ikutan menaikan harga BBM sekelas mereka, mana bisa pak mentri..Tata kota kita tuh, semerawut-wut-wutan, pilih hemat dengan jalan kaki yang ada malah ketabrak angkot, karena trotoarnya dijadiin lapak dagangan buat para pedagang kaki lima, naik monorel *ada monorel gak sih disini*, terus nasib pedagang sayur-mayur yang ada di pedesaan sana yang nun jauhh dari kota, biar harga sayurnya nggak ikut-ikutan naik, harus gitu koprol-koprol dari gunung ke kota sampai gempor jalan kaki saja untuk mencapai perkotaan...*hadehh tepok jidat*...
Pak Presiden dan Pak Mentri, jikalau saja setiap harinya kalian mendelusur-delusur pasar, pastinya kalian tergaket-kaget melihat harga-harga sudah naik duluan, sebelum kebijakanmu turun. Ditambah kaget lagi kalau saja dirimu tak diberi fasilitas mobil mewah plus sopir, dan mengharuskan naik angkot tiap hari ketempat kerjamu, saya yakin kalian akan lebih menjadi empati.
Saya yang tak pintar menganalisa moneter atau pak mentrinya tak empati dengan rakyat?
0 komentar:
Post a Comment